Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia
SuaraJakarta.co, JAKARTA - Kalimat-kalimat sumpah pemuda itu kembali bergema dan menghiasi berbagai macam headline media massa ataupun media sosial beberapa hari ini. Wajar saja, sejak 86 tahun yang lalu tepat di tanggal ini, perisitiwa sumpah pemuda benar-benar telah mengubah nasib Bangsa Indonesia. Sumpah pemuda yang merupakan hasil keputusan kongres para pemuda yang berasal dari hampir seluruh daerah di Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Batavia itu telah menjadi salah satu tonggak utama dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Sumpah pemuda seakan menjadi obor semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia saat itu. Dan yang perlu kita ketahui, semangat perjuangan dan persatuan para pemuda merebut kemerdekaan dari para penjajah ketika itu benar-benar ikhlas mereka lakukan untuk bangsa tercinta.
Peristiwa sumpah pemuda lantas menjadi inspirasi bagi pergerakan-pergerakan para pemuda kedepannya. Para pemuda bersatu, bersinergi, dan berkolaborasi bersama melakukan sebuah perubahan bagi kebaikan bangsa ini. Kita tak akan pernah lupa dengan peristiwa tahun 1998 yang memaksa Presiden Soeharto mengakhiri kepemimpinannya selama 32 tahun. Ketika itu, para pemuda dengan lantang menyuarakan argumennya di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) demi kebaikan bangsa ini. Mereka tetap menjaga idealisme dan semangat mereka demi tercapainya satu tujuan: REFORMASI!
Lantas, bagaimanakah kondisi para pemuda Indonesia sekarang? Apakah para pemuda kita masih belajar dari peristiwa sumpah pemuda dalam setiap tindakan yang mereka lakukan? Untuk menjawabnya, mari kita berkaca pada realita yang sedang terjadi di kalangan para pemuda. Kasus-kasus tawuran pelajar, pembunuhan, serta kasus asusila lainnya menunjukkan bahwa sebagian pemuda telah kehilangan makna persatuan dari peristiwa sumpah pemuda. Selain itu, juga banyak tindakan tak terpuji lainnya yang seakan telah menjadi ciri khusus para kaum muda sekarang seperti mencontek dan melupakan budaya asli Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa makna persatuan, idealisme, maupun semangat dari peristiwa sumpah pemuda sudah mulai terkisis.
Tapi, yang perlu kita ingat, juga ada banyak pemuda yang tetap menjunjung tinggi makna sumpah pemuda. Ada banyak pemuda yang terus semangat berpendapat dan berargumen demi kemajuan bangsa ini walaupun sebagian tidak langsung turun ke jalanan seperti zaman dulu karena kondisi demokrasi yang cukup stabil sekarang. Ada juga pemuda yang berusaha melestarikan kebudayaan bangsa ini agar tetap menjadi sebuah tatanan nilai yang utuh. Dan yang tidak boleh kita lupakan, ada banyak pemuda yang tetap bermimpi tinggi, semangat belajar, dan terus berkarya menorehkan tinta emasnya untuk kebaikan bangsa ini.
Sumpah pemuda mengajarkan kita bahwa seorang pemuda harus mempunyai mimpi yang tinggi, dan mampu beraksi nyata mewujudkan mimpi itu. Selain itu, seorang pemuda juga harus mampu menjadi perangkai mozaik persatuan sehingga menghasilkan keutuhan Bangsa ini. Seorang pemuda juga harus senantiasa belajar di kehidupan ini. dan tidak boleh merasa pandai, tetapi harus “pandai merasa” kondisi sekitarnya. Oleh karena itu, mari kita bangkitkan kembali makna sumpah pemuda sekarang agar nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya mampu diterapkan di kemudian hari agar Bangsa Indonesia mampu meraih kejayannya kelak.
Penulis: Haris Askari, Mahasiswa Institut Teknologi Bandung
Penulis: Haris Askari, Mahasiswa Institut Teknologi Bandung
Posting Komentar