Peserta PPSDMS Regional 2 Bandung yang populer dengan julukan “Bandung Boys” punya cara unik untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-69. Yaitu, pengibaran bendera Merah-Putih dan upacara kemerdekaan di puncak Gunung Manglayang. Gunung indah itu terletak di daerah Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian sekitar 1818 m dpl. Kegiatan diikuti Eksekutif Regional dan 28 Peserta PPSDMS. Peserta berangkat dari asrama pada 16 agustus 2014 pagi dengan menggunakan sepeda motor dan angkutan umum.
Sebelum naik ke puncak Manglayang, Peserta bersilaturahim ke rumah Andi, salah satu Peserta PPSMDS yang tinggal di dekat kaki Gunung Manglayang. Di rumah Andi, peserta melakukan bakar ikan untuk makan siang. Selain itu, keluarga Andi juga menyiapkan nasi liwet dan sambal khas Sunda. Rasa lelah karena macet dalam perjalanan seakan sirna ketika santapan khas Sunda tersaji. Peserta sangat menikmatinya.
Sekitar jam tiga sore Peserta berangkat menuju pos pendakian Gunung Manglayang. Pintu masuk pendakian Manglayang melalui daerah wisata Batukuda. Setelah beristirahat sebentar, Peserta berkumpul untuk mendengarkan penjelasan dari pimpinan perjalanan tentang teknis pendakaian. Peserta dibagi menjadi 6 kelompok dengan satu orang ketua sebagai penanggungjawab pejalanan. Setelah berdoa bersama, perjalanan menuju puncak dimulai dengan teriakan takbir dan jargon PPSDMS.
Baru 20 menit berjalan, peserta langsung menghadapi tanjakan terjal yang menguras tenaga. Namun semua itu terbayar ketika tampak pemandangan Cekungan Bandung yang dibalut matahari tenggelam. Semakin menanjak ke atas, hari semakin gelap. Para peserta mulai mengeluarkan senter untuk menerangi jalan. Derap yang mulai lelah dan keringat bercucuran tak menghentikan langkah Peserta menuju puncak Manglayang. Beberapa Peserta mulai sempoyongan, tetapi dengan dorongan dan semangat Peserta lain, mereka yang lelah terus berjalan sampai puncak.
Tim advance yang bergerak lebih awal segera membangun tenda di puncak Manglayang. Kurang lebih pukul 20.30 malam, rombongan utama sampai di puncak. Peserta yang kelelahan segera dibawa ke tenda untuk istirahat. Sementara yang lain bertugas untuk membantu pendirian tenda, membuat api unggun, serta menyiapkan tempat shalat. Sehabis shalat dan istirahat sejenak, Peserta duduk mengelilingi api unggun sambil menyantap makan malam. Sambil menikmati makan malam Peserta saling bercerita tentang perjuangannya untuk mencapai puncak. Suasana amat meriah dan penuh canda tawa. Malam itu setelah makan, peserta langsung beristirahat untuk persiapan acara esok pagi.
Dinginnya puncak Manglayang mulai menggelayuti malam kemerdekaan. Terbayang, perjuangan para Pahlawan yang menembus hutan dan lembah untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Deru angin malam menyapu dedaunan, seakan berbisik untuk membangunkan jiwa-jiwa yang pulas tertidur. Sekitar pukul empat pagi, Peserta bersiap shalat Subuh dan membaca al Ma’surat bersama. Iringan doa pagi memecah keheningan puncak Gunung Manglayang. Langit mulai tampak abu-abu dan sunrise sebentar lagi akan menyambut. Dengan berjalan kaki sambil lari-lari kecil Peserta bergegas mencari tempat yang strategis untuk menikmati indahnya matahari terbit. Namun sayang setelah berjuang hampir 30 menit lebih, ternyata salah menuju lokasi yang akan dituju. Akhirnya Peserta menikmati sunrise dari sela-sela pohon.
Matahari mulai meninggi, memberikan kehangatan di puncak Manglayang. Kehangatan yang tidak hanya menyinari tubuh, tetapi juga memberikan bakaran semangat untuk melakukan apel kemerdekaan di puncak Gunung Manglayang. Apel pagi dipimpin langsung Presiden asrama, sedangkan Pembina apel adalah Kang Furqon selaku Eksekutif Regional 2 Bandung. Dalam amanatnya kang Furqon menekankan,“Perjalanan naik gunung ini memberikan dinamika tersendiri. Ketika naik gunung ada yang orang yang suka mengeluh, egois, atau suka membantu dan lain sebagainya. Itulah wujud dari dinamika perjuangan dalam kehidupan nyata.”
“Pada akhirnya kita dapat mencapai puncak Gunung Manglayang dengan selamat. Begitu juga zaman dulu ketika para pendahulu bangsa ini berjuang keluar dari penjajahan, selalu dipenuhi dengan dinamika yang beragam dan kadang melelahkan,” jelas Pembia apel. Kang Furqon menambahkan bahwa kemerdekaan ini bukan hanya berkat peran Soekarno semata. Soekarno menjadi pemimpin lantaran waktu mudanya berguru pada H.O.S. Cokroaminoto. Karena itu, jangan sampai Peserta berpuas diri dengan keilmuan yang dicapai saat ini. PPSDMS adalah wadah untuk menempa diri menjadi pemimpin-pemimpin masa depan, sehingga harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Setelah apel, acara ditutup dengan pelantikan Presiden asrama yang baru. Tidak lupa juga berfoto bareng sebelum turun dari Puncak. Menjelang Zuhur, Peserta turun dari puncak dan menuju ke rumah salah satu Peserta yaitu Faisal. Sepanjang turun dari puncak gunung Manglayang kita dapat mengamati indahnya kota Bandung dari ketinggian, sehingga rasa lelah segera terobati.
Pendakian Gunung Manglayang merupakan suatu bentuk usaha untuk menghayati puncak kemerdekaan bangsa Indonesia. Perjuangan yang penuh dengan warna-warni. Rasa lelah, sedih, kesal, ceria, senang bercampur menjadi satu. Semua meluruh menjadi satu menuju cita-cita bersama: menjadikan bangsa yang mandiri dan berdaulat. (Darmadi)
Posting Komentar