Tepat tanggal 22 Oktober Presiden dan Wapres terpilih resmi dilantik. Berdasarkan data Outlook Energi Indonesia 2013, pada periode tahun 2011-2030 diperkirakan kebutuhan minyak dalam negeri akan meningkat hampir dua kali lipat dari 327 juta barel pada tahun 2011 menjadi 578 juta barel pada tahun 2030. Sedangkan produksi minyak selama periode tersebut menurun lebih dari 60% dari 329 juta barel menjadi 124 juta barel. Ini krisis nyata yang dihadapi era Jokowi-JK pasca dilantik 22 Oktober.
Untuk mengatasi masalah krisis energi tersebut, tentunya di masa kepemimpinan Jokowi-JK harus mengembangkan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang menjadi prioritas utama. Banyak potensi-potensi besar pengembangan energi baru dan terbarukan, diantaranya energi Panas Bumi, biomassa, dan EBT lainnya. Energi-energi ini bisa menjadi suatu energi alternatif dari mayoritas energi migas dan fosil lain yang digunakan saat ini.
Pengembangan energi baru dan terbarukan dapat meningkatkan bauran energi. Peningkatan bauran energi ini tentunya akan berdampak pada diversifikasi energi. Sehingga, Indonesia bisa menjaga keberlangsungan penggunaan energi dan menghindari krisis dari ketergantungan menggunakan energi fosil yang diperkirakan cadangannya semakin menipis.
Salah satu Energi terbarukan yang menjadi target utama adalah energi panas. Energi panas bumi ini merupakan energi yang memanfaatkan panas dari dalam permukaan bumi yang dikonversi menjadi pembangkit listrik. Potensi terbesar dari energi ini memiliki kapasitas untuk pembangkit listrik sekitar 29 GWe.
Sedangkan pemanfaatannya baru sekitar 1,2 GW. Kemudian EBT lainnya yang perlu dikembangkan untuk substitusi BBM adalah Bahan Bakar Nabati dan Bahan Bakar Gas. Bahan bakar nabati ini sangat menguntungkan karena bahan bakunya dapat diperbaharui. Bahan Bakar Nabati ini bisa berasal dari singkong, jarak ataupun nabati lainnya. Begitupun dengan Bahan Bakar Gas yang masih minimal dalam pembangunan infrastrukturnya. Tantangan ada di era Jokowi-JK untuk kembangkan potensi ini.
Harapan besar menunggu kepemimpinan baru era Jokowi-JK untuk mengatasi masalah kompleks krisis energi di Indonesia. Fokus utama dalam diversifikasi energi ini adalah peningkatan Energi Baru dan Terbarukan sekaligus menekan ketergantungan terhadap energi fosil. Perlu ada kesinergian antara insyinyur, investor, masyarakat, dan tentunya pemerintah. Walaupun begitu, segala kebijakan tetap berada di tangan pemerintah. Tantangan ini patut diterima dan direalisasikan di era kepemimpinan Jokowi-JK.
Penulis: Iki Hidayat, PPSDMS Regional 2 Bandung Angkatan 7
Opini dimuat di media online Okezone: http://myzone.okezone.com/content/read/2014/10/19/14329/tantangan-diversifikasi-energi-era-jokowi-jk
Posting Komentar